Sabtu, 02 Agustus 2008

Umum:Servis board elektronik pesawat

Di tempat kerja saya sebelumnya, beberapa teman tau bahwa saya nyambi sebagai tukang servis modul-modul elektronik untuk industri, khususnya board-board untuk mesin tekstil. Yah, lumayan lah, modal dibawah seratus ribu (buat beli capasitor, trimmer, kadang IC, atau bahkan cuman sekedar ganti kabel yg harganya 5000 semeter) kita bisa dapet lumayan gede, sekitar 750rb – 1.5jt per board/modul yang diperbaiki. Not bad lah, buat tambahan beli beras hehe... Sayang, ditengah keterpurukan industri tekstil, usaha ini akhirnya bangkrut :(
Bukan masalah servis tekstil yang mau saya ceritakan, tapi pada waktu itu, teman saya bilang bahwa saudaranya bekerja di sebuah perusahaan yang melakukan perbaikan pesawat di Bandung (gak tau pesawat jenis apa). Katanya pengen ketemu, intinya mah “ada proyek nih!” Ok, akhirnya saya dipertemukan dengan saudaranya teman saya itu.
“Kantor saya sedang cari partner yang bisa menservis board-board pesawat mas” katanya.
“Hah?” bingung saya, yang bener aja saya ditawarin perbaikan board control pesawat hehehe... Tapi, supaya enggak bikin dia kecewa, akhirnya saya beralasan harus liat dulu barangnya, kira-kira bisa diperbaiki atau enggak. “Ok, saya bawa barangnya besok” katanya.
Besoknya, dia sudah nunggu jam istirahat di gerbang kantor saya. “Ini a” (dia panggil saya aa karena lebih muda, dan emang temen saya sodaranya dia panggil saya aa juga) dia kasih ke saya sebuah modul elektronik, ukurannya seukuran kertas A4, tebalnya sekitar kurang lebih 7-10 cm. Ya tentu saja, selain PCB ada bracketnya, sepertinya dari plat besi. Kalau gak salah denger, itu board power control (?). Akhirnya saya bawa barang itu ke rumah.
Di rumah, saya perhatikan modul tsb. hmm... menarik sih... 2 buah PCB 3-4 layer (mungkin lebih) ada 2 buah processor Intel 486 (kalo gak salah), ram static (62xxx yang biasanya para penggemar mikrokontroller sudah familiar, beberapa eeprom (27xxx), dan sepertinya banyak komponen optocoupler. Jelas, ini untuk isolasi optik ke output/input. Tapi, bedanya, komponennya adalah military standar, beberapa IC packagenya bukan plastic, tetapi ceramic, dan IC TTL nya juga bukan 74XX, tapi seri 54XX, dan beberapa led sebagai indicator.
Saya perhatikan, tampak mulus semua... tidak ada jalur terbakar, tidak ada kapasitor ‘meleleh’ (seperti yang sering ditemukan di board mesin tekstil) wah repot, pasti ‘salah satu’ dari ratusan IC nya rusak.
Saya memang enggak berniat benerin board itu, yang bener aja, kalo kerjaan saya jadi penyebab kecelakaan pesawat, terus hasil investigasi KNKT menyatakan bahwa kecelakaan itu gara2 boardnya diservis lokal... bisa masuk penjara euy!
Akhirnya, setelah beberapa hari, orangnya nelp, “Gimana a, apa bisa dibenerin?” saya jawab “Wah susah, komponennya juga enggak ada di lokal” hehehe... sebagai alesan aja biar dia enggak kecewa. Akhirnya, barang tersebut saya kembalikan. Dia cerita, “Kalo bisa diperbaiki, harganya lumayan nih, sayang ya komponennya tidak ada” Saya jawab “Iya, gimana lagi”... Dia keliatan kecewa... (padahal mungkin dia berharap dapet komisi kalo saya bisa benerin” hehehe....
..........
Kejadian beberapa tahun yang lalu ini saya angkat, kenapa? karena ternyata dari hasil rekaman pembicaraan cockpit Adam air KL574 yang beredar di internet, pilot sibuk mengotak-ngatik IRS yang error terus.... Gila! Pesawat yang jelas2 ada masalah kok dibiarin terbang? (Itu pemikiran awam saya lho...) Perkara IRS rusak gak akan bikin kecelakaan, saya gak mau tau, yg pasti, pesawat dalam kondisi tidak sempurna. Kekuatiran saya, jangan-jangan banyak tindakan-tindakan maintenance yang seharusnya dilakukan, jadi tidak dilakukan dengan alasan cost. Yah... pengalaman saya bekerja di industri, manajemen selalu menyalahkan pihak maintenance apabila ada mesin yang trouble... tapi pihak maintenance jg punya alasan kuat “Spare partnya sih enggak dibeli”... Manajemen ngomong lagi “Ya akalin dong! Buat apa ngegaji kamu mahal-mahal kalo enggak bisa ngakalin yang kayak gitu! Kamu tau kan keuangan perusahaan sedang dalam kondisi buruk? Gimana anak-istri kita makan kalo perusahaan bangkrut?” Akhirnya.... (tau sendiri lah)
Nah saya kuatir sekali penerbangan Indonesia juga memiliki behavior yang sama, sifat “diakalin” apabila ada trouble pesawat, yang tidak sesuai dengan instruksi dari pihak pembuat pesawat atau pihak yang berwenang. Terbukti kan dari cerita saya sebelumnya, modul yang (mungkin) seharusnya diganti, malah berusaha ‘diakalin’.... Yang bener saja, dibayar mahal juga saya enggak mau benerin tuh modul, resikonya nyawa ratusan orang...
At least, saya tau ternyata pesawat juga pake mikroprosesor Intel (malahan model lama sekelas 386/486)... (Mestinya di pesawat pake stiker ‘Intel Inside’ ya? )